Eduardus Cornelis William Neloe
Eduardus Cornelis William (ECW) Neloe, adalah bankir senior
yang merintis karir betul-betul dari bawah. Berawal sebagai tenaga pembukuan
tahun 1966 sampai menjabat direksi (1991-1998) di Bank Dagang Negara (BDN).
Kemudian dia dilantik (tahun 2000) jadi
Direktur
Utama Bank Mandiri, bank terbesar di Indonesia .
Selama memimpin Bank Mandiri, dia telah meraih beberapa penghargaan. Dia
berobsesi menjadikan Bank Mandiri sebagai bank universal (universal banking).
Karir lulusan sarjana administrasi niaga dari Universitas
Krisnadwipayana, Jakarta tahun
1966, ini menemukan arah yang tepat dimulai dari pertemuan manisnya dengan
Moeljoto Djojomartono, yang ketika itu sedang memimpin BDN. Tak disangka,
Moeljoto pria pekerja keras yang akomodatif, ini mengarahkannya sampai menjadi
direksi BDN berselang 25 tahun kemudian.
Sejak tahun 2000 Neloe menggantikan Robby Johan memimpin
Bank Mandiri, hasil mega merger empat bank pelat merah yaitu BDN, Bank Exim,
Bapindo dan BTN. Dengan merger Bank Mandiri tercacat memiliki total aset Rp 262
trilyun (26,5 miliar dolar AS), berpendapatan bersih Rp 1,17 trilyun (119 juta
dolar AS), dan dengan ROE (return on equity) 38,09 persen. Angka-angka itu
menempatkan Bank Mandiri sebagai bank terbesar di tanah air. Meraih berbagai
penghargaan bergengsi lokal maupun internasional selama dipimpin oleh ECW
Neloe, terjadi karena Bank Mandiri memiliki kinerja yang menggembirakan.
Padahal usia bank baru empat tahun dan masih dalam suasana krisis multidimensi
yang belum pulih.
Sebelum diplot menjadi
Direktur utama, Neloe sempat terlebih dahulu diminta
membenahi krisis keuangan PT Chandra Asri Petrochemical Center (CAPC). Padahal,
karir Neloe sebelumnya didominasi sebagai eksekutif handal bank di BDN. Selama
delapan tahun antara 1991 hingga 1998 dia adalah
Direktur BDN. Lalu, antara tahun 1987 hingga 1990 ditugaskan
sebagai chief representative BDN di Hong Kong dan Managing Director Staco International
Finance Limited, juga di Hongkong. Di sela-sela tugas eksekutif tersebut Neloe
masih menyempatkan diri mengikuti berbagai kursus perbankan dan manajemen.
Seperti, mengikuti East Asian Leadership, di Harvard University, Boston, AS
tahun 1995, dan the Pasific Rim Bankers Program, di University of Washington,
Seatle, AS tahun 1990.
Kini, pria ramah dengan empat orang anak ini berniat
menjadikan Bank Mandiri sebagai bank universal atau universal banking. Dia
sedang aktif melakukan transformasi secara bertahap menuju universal banking.
Caranya, mempertahankan sekaligus memperkuat segmen perbankan korporasi,
demikian pula melakukan penguatan dan pengokohan terhadap segmen perbankan
komersil dan ritel. Disebutkan oleh Neloe, Bank Mandiri terus mengembangkan
produk dan pelayanan, serta memperkuat fondasi teknologi informasi dan jaringan
distribusi sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk meningkatkan posisi
sebagai bank universal di Indonesia.
Modal dasar untuk mencapai posisi yang diinginkan itu
tidaklah terlampau sulit. Sebagai misal, kini Bank Mandiri didukung tak kurang
oleh 17.572 karyawan, serta memiliki 682 kantor cabang berikut empat kantor
cabang dan anak perusahaan di luar negeri. Untuk melayani 6,7 juta nasabah,
jaringan distribusi semakin diperluas dengan kehadiran 1.235 mesin ATMandiri,
itupun masih diperkuat oleh dari 4.000 lebih mesin ATM Link yang dapat
dipergunakan secara bersama oleh bank-bank berpelat merah.
Pondasi teknologi informasi yang dikembangkan Neloe salah
satu hasilnya adalah kemudahan melayani nasabah melalui SMS Banking Mandiri.
Terobosan yang mengagumkan ini antara lain menawarkan fitur cek saldo, transfer
antar rekening di Bank Mandiri yang terdaftar, serta notifikasi otomatis
melalui pesan singkat telepon selular (ponsel) SMS. Kelebihan SMS Banking
Mandiri ini, kata Neloe, nasabah tidak perlu mengganti kartu SIM ponsel, bisa
menggunakan merek dan jenis ponsel apa saja, dan berlaku untuk keempat operator
yaitu Telkomsel, Satelindo, Exelcom, dan IM-3.
Sukses memoles Bank Mandiri dengan tangan dingin tidaklah
membuat pria penggemar olahraga ini berpuas diri. Kinerja bank terus
ditingkatkan supaya hasilnya semakin menggembirakan. Menurut catatan Neloe,
sebagai contoh hingga September 2002 bank yang dipimpinnya berhasil meraih laba
bersih Rp 2,79 triliun (310,4 juta dolar AS), naik 32,7 persen dibanding
periode sama September 2001. Peningkatan ini terutama bersumber dari biaya
penyisihan yang lebih rendah dan keuntungan dari penyesuaian nilai pasar
portofolio obligasi pemerintah seiring dengan penurunan suku bunga. Mengakhiri
tahun 2002 Neloe memperkirakan laba bersih Bank Mandiri mencapai Rp 4,4
triliun, sebagian besar masih diperoleh dari pendapatan bunga obligasi
rekapitalisasi.
Per
September 2002 total aset Bank Mandiri Rp 251,6 triliun, menguasai 23 persen
pangsa pasar perbankan, rasio kecukupan modal (CAR) 29,6 persen, return on
asset (ROA) 2,1 persen, dan return on equity (ROE) 27,5 persen. Sementara non
performing loan (NPL) dibandingkan periode sama September 2001 yang 12,5 persen
turun menjadi hanya 9,0 pada September 2002. Masih pada periode sama, kredit
yang diberikan mencapai Rp 57,0 triliun naik 34,1 persen, demikian juga dengan
loan to deposit ratio (LDR) meningkat dari 25,1 persen menjadi 30,9 persen.
Tingkat penyisihan penghapusan kredit yang naik menjadi 142,5 persen
merefleksikan kebijakan pencadangan yang konservatif dan melebihi nilai minimum
yang ditetapkan.
Dengan tangan dinginnya ECW Neloe telah berhasil membawa
Bank Mandiri terus bertumbuh dan sukses melewati masa-masa sulit bahkan kini
bersiap-siap pula menjadi bank universal. Kisah-kisah sukses itu membuat Neloe
maupun Bank Mandiri kebanjiran penghargaan dari berbagai pihak. Antara lain,
dalam skala internasional Best Bank Awards 2002 dan Best Trade Finance Bank
2002 keduanya dari majalah Global Finance, New York, penghargaan Country Awards
for Achievement 2002 dari majalah Finance Asia, Hong Kong, Bank of The Year 2002
dari majalah The Banker, London, serta penghargaan Indonesian Customer
Satisfaction Award (ICSA 2002) sebagai bank yang memperoleh penilaian tertinggi
dibanding dengan bank-bank lain dalam hal penanganan produk deposito.
Finance Asia mencatat Bank Mandiri
adalah bank terbesar Indonesia
dengan kinerja yang kokoh. Penilaian itu didasarkan pada angka total aset yang
Rp 262 triliun (26,5 miliar dolar AS), pendapatan bersih Rp 1,17 triliun (119
juta dolar AS), dan keberhasilan meraih return on equity (ROE) yang mencapai
38,09 persen.
Yang juga spektakuler adalah keberhasilan Bank Mandiri
menerbitkan Eurobond sebesar 125 juta dolar AS, sebuah transaksi pasar modal
internasional pertama yang berhasil oleh badan usaha milik negara Indonesia
semenjak krisis ekonomi 1997. Keberhasilan penerbitan Eurobond itu adalah salah
stau bukti kinerja Bank Mandiri yang diakui oleh pasar internasional. Atas
dasar itu Finance Asia menobatkan Bank Mandiri sebagai Bank Lokal Terbaik 2002
untuk Indonesia .
Hal itu senada dengan komentar Neloe, "Penghargaan ini merupakan bukti
dari hasil kerja keras dan komitmen kami di dalam memperkokoh landasan
operasional yang memberikan hasil yang konsisten."
Sumbangan Bank Mandiri kepada negara juga tidak kecil. Pada
tahun 2001, misalnya, Bank Mandiri memberikan deviden Rp 1,37 trilyun kepada
pemerintah, serta menyetor Rp 3 trilyun pajak yang berhasil dikumpulkan dari
bunga simpanan dana masyarakat yang ada di Bank Mandiri.
Sesuai arah bank universal Neloe mulai pula melirik potensi
usaha kecil menengah (UKM). Bersama Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia
(Perbarindo), Neloe sepakat bekerjasama dalam hal penyediaan credit line,
pemberian fasilitas perkreditan, maupun penyediaan jasa-jasa perbankan lainnya.
Neloe berharap Bank Mandiri dapat bekerjasama dengan 1.000 BPR anggota
Perbarindo di seluruh Indonesia .
Sebelum kesepakatan itu ditandatangani, Bank Mandiri telah lebih dahulu
memberikan pembiayaan secara langsung kepada 210 BPR dengan plafon Rp 100
miliar.
Kata Neloe, UKM dipilih target perkreditan karena
segmen
bisnis ini secara historis mempunyai kemampuan survival yang
lebih kuat menghadapi tekanan krisis. "Hingga saat ini, dampak krisis
ekonomi yang menyebar ke segala aspek masih kita rasakan sehingga tidak
berlebihan bila saat ini merupakan saat yang tepat bagi Bank Mandiri untuk
lebih menggalakkan kegiatannya mendukung UKM tanpa meninggalkan
bisnis lain dalam mewujudkan Bank Mandiri menjadi universal
banking," jelas ECW Neloe yang selalu menaruh perhatian besar terhadap
perkembangan olahraga di tanah air. Dia antara lain pernah menjabat pengurus
KONI Pusat, dan Ketua Umum PB Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (IKASI). Bahkan,
dia merelakan kocek Bank Mandiri menjadi sponsor utama Liga Bank Mandiri yaitu
kompetisi liga sepakbola utama Indonesia .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar